Memilih Universitas : 4 Prioritas Utama





Dalam memilih universitas untuk studi pascasarjana, apa yang harus dijadikan pertimbangan? Apakah kotanya yang romantis? Universitasnya yang prestis? Atau fasilitasnya yang fantastis? Semua sah-sah saja, namun berdasar pengalaman saya kuliah pascasarjana satu tahun terakhir, ada 4 prioritas utama yang bisa dijadikan pertimbangan dalam menentukan pilihan perguruan tinggi untuk menghabiskan 1-4 tahun untuk studi lanjut, terlebih di luar negri. These are my takes

1.    Reputasi calon dosen pembimbing.
Nomer wahid menurut saya, karena this is the whole point of your studySecara teknis, tujuan utama yang membawa teman-teman studi lanjut adalah untuk lulus dan mendapatkan penghargaan berupa gelar master atau doktoral untuk kebutuhan karir teman-teman. Secara teknis pula, teman-teman harus bisa menghasilkan publikasi berupa jurnal atau paling tidak ada thesis/disertasi yang diujikan di akhir studi. Peran dosen pembimbing sangat penting di sini untuk bisa mengarahkan teman-teman dalam menyelesaikan tugas tersebut. Terlebih lagi bahwa untuk menyelesaikan studi ada berbagai birokrasi yang mengharuskan ada tanda tangan/persetujuan beliau, kelancaran komunikasi dan vibe yang cocok menjadi sangat harus. 

Sedikit berbeda dari peran dosen pembimbing pada saat studi sarjana, yang kurang lebih hanya bersinggungan selama satu semester pengerjaan skripsi, pada studi pascasarjana keterikatan mahasiswa dan dosen pembimbing bisa jadi dimulai dari awal masuk sampai lulus kuliah. Maka dari itu, karena lamanya waktu bekerja bersama, dari sudut pandang pengembangan diri dan peningkatan kapasitas akademik, mendapatkan dosen pembimbing yang mengayomi dan bisa mengarahkan juga sangat penting. Dosen pembimbing akan menjadi orang teratas yang opini dan sarannya sangat berpengaruh terhadap personal development teman-teman.Beliau akan menjadi seseorang yang memberi banyak nasihat dan saran untuk karir juga memberi dukungan mental selama bertahun-tahun studi. Selain itu, secara akademis, memiliki dosen pembimbing yang mau mengawasi kinerja teman-teman dengan kesungguhan hati dan bisa memberi cukup waktu untuk mengkritik riset kita juga sangat penting. Terlebih lagi jika riset kita membutuhkan jejaring dan sumber daya yang beliau miliki. 

Terusgimana taunya?

Tidak ada cara yang 100% akurat jikalau kita memang tidak kenal secara personal dengan beliau. Namun, ada beberapa usaha yang bisa dicoba. Pertama, cek laman profil beliau secara online. Teman-teman bisa langsung mengunjungi website universitas/jurusan terkait, terutama di bagian faculty list/lecturers. Di sana, biasanya informasi mengenai dosen tersebut sudah secara lengkap dipaparkan, mulai dari biodata, pengalaman riset dan pekerjaan, serta proyek riset yang beliau tekuni. Tidak jarang dari beliau yang juga memiliki website pribadi, jadi hal tersebut juga bisa menjadi referensi teman-teman untuk mengetahui beliau orangnya seperti apa. Bisa juga dicek di YouTube, siapa tahu ada beberapa keynote atau media yang meliput beliau. Jika memungkinkan, cari tahu apakah ada mahasiswa Indonesia yang sedang/pernah jadi anak bimbing beliau, dari situ kita bisa mengetahui secara langsung bagaimana kepribadian beliau. Selain itu, coba lihat antusiasme beliau terhadap riset yang kita tawarkan saat korespondensi pertama lewat e-mail. Calon dosen pembimbing yang terlihat lebih excited besar kemungkinan akan memberikan dukungan yang lebih besar juga karena riset yang kita presentasikan di awal juga akan berkontribusi terhadap perkembangan proyek yang beliau tekuni.

2.    Fasilitas kampus/jurusan
Selama studi, kita akan lebih banyak menghabiskan waktu sendiri untuk self-study atau mengerjakan tugas di luar jam kelas dan waktu bimbingan. Maka dari itu, fasilitas dan sumber daya di kampus akan sangat menentukan kenyamanan dan kelancaran dalam melaksanakan riset dan studi.  Untuk itu, ada baiknya jika kita cari informasi mengenai fasilitas akademik/riset dan penunjang kehidupan sehari hari.  

Fasilitas akademik bisa meliputi sumber daya dan peralatan riset di laboratorium, perpustakaan, akses ke jurnal-jurnal berbayar, study room, wifi kampus, atau bahkan layanan tutor atau language support untuk mengerjakan tugas. Di samping itu, fasilitas penunjang seperti kantin (yang menyediakan makanan halal/muslim-friendly), fasilitas olahraga, mushola untuk sholat lima waktu, dan lain sebagainya. 

3.    Ranking universitas
Tidak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia, patokan utama dalam menilai suatu kampus adalah (masih) dengan angka ranking. Jika teman-teman memiliki rencana untuk berkarier di Indonesia, tentu hal ini harus menjadi pertimbangan. Teman-teman bisa cek ranking universitas yang bersangkutan melalui berbagai website seperti THEWebometrics dan QS. Pada dasarnya, jika universitas memiliki dosen-dosen yang reputasinya tinggi dan fasilitas yang lengkap, besar kemungkinan rankingnya akan tinggi. 

Tetapi, banyak perguruan tinggi yang reputasinnya sangat baik namun memiliki ranking yang rendah. Biasanya perguruan tinggi tersebut adalah institusi akademik yang didirikan dalam bentuk graduate school yang hanya menerima mahasiswa pascasarjana seperti GRIPS atau IUJ. Universitas-universitas tersebut biasanya memiliki mahasiswa yang jumlahnya lebih sedikit karena perguruan tinggi tersebut hanya menyediakan jurusan/program studi yang spesifik terhadap satu bidang tertentu saja, yang mana berdampak pada pemeringkatan secara angka. 

4.   Negara/Kota
Tentu kita tidak akan 24 jam di kampus. Besar porsi hidup kita juga akan dihabiskan di apartemen, asrama, dan spot-spot lain di kota tempat kita tinggal selama bertahun-tahun. Salah satu hal terpenting yang bisa teman-teman pertimbangkan adalah biaya hidup di kota tersebut. Terlebih jika teman-teman mempertimbangkan untuk melanjutkan studi di kota-kota metropolitan seperti Tokyo atau London, yang biaya housing luar biasa tinggi. Banyak sekali kasus mahasiswa mengalami beban mental karena kesulitan keuangan karena biaya hidup yang sangat tinggi tapi pembiayaan cukup terbatas. Hal ini tentu sangat berdampak pada studi dan riset teman-teman. 

Selain itu, teman-teman bisa cek ketersediaan komunitas sesama orang Indonesia dan komunitas keagamaan jika diperlukan. Selama studi, teman-teman secara sosial tetap perlu merasa terhubung dengan orang lain, dan paling nyambung dengan teman dengan berbagai kesamaan, dari segi bahasa, kultur dan nilai. Misalnya, teman-teman bisa cek apakah kota tersebut dinaungi oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), atau ada tidaknya Masjid untuk tempat solat Jum’at atau Gereja yang menyediakan Misa berbahasa Indonesia. Di samping itu, teman-teman yang suka travelling dan jalan-jalan juga bisa sedikit-sedikit mencari tahu spot-spot menarik untuk dikunjungi di kala senggang. 


Jadi, udah mulai ngepoin universitas mana aja?

Comments

  1. Izin bertanya bang Yoga, terkait ranking universitas, berarti universitas pertahanan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan kan ya bang? Karena melihat memang ranking univ nya tidak ada seperti itu, sempat ragu mau memantapkan lanjut di unhan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Arief. Menurut saya pribadi, tentu bisa. Terlebih lagi setahu saya pengajar di Unhan banyak yang memiliki pengalaman langsung di militer dan bidang pertahanan. Jadi, network mas Arief bisa berkembang di sana, terlebih jika mau memekuni riset pertahanan. Kira kira begitu mas menurut saya

      Delete

Post a Comment